Sunday 8 April 2012

Manuver 3 Menteri akan Menghancurkan Mobnas Esemka


 

Perjuangan untuk membuat Mobnas sudah berlangsung beberapa tahun dan selalu gagal , dikhawatirkan nasib mobil produksi dalam negeri atau mobil nasional (mobnas) Esemka bisa tinggal nama.Kenapa pemerintah selalu lemah dan tidak bisa mendukung kemampuan bangsa untuk mandiri ? 
Harga Esemka yang dibawah Rp 100 juta akan ditandingi  merk mobil Jepang yang sudah mantap.
Menteri Perindustrian (Menperin) MS Hidayat dan Menko Perekonomian Hatta Radjasa sepakat membuat program mobil murah di bawah Rp 100 juta. Sponsornya: Toyota, Daihatsu dan Honda.

Hidayat memastikan, akhir 2012, masyarakat bisa me­nik­ma­ti program mobil murah de­ngan harga di bawah 10 ribu do­lar AS atau Rp 100 juta.

“Di pa­sar nanti range-nya 500 ribu (unit). Kalau harganya di ba­wah 10.000 dolar AS atau di ba­wah Rp 100 juta,” cetusnya.

Dia mengklaim, sudah empat produsen mobil di Indonesia yang bersedia memproduksi mo­bil mu­­rah. Antara lain, Toyota, Daihatsu, dan Honda. Keti­ga­nya merupa­kan produsen mobil asal Jepang.

“Mereka (4 pro­dusen) sanggup menyediakan dana 1,8 miliar do­lar AS atau Rp 16,2 triliun. Akhir tahun ini akan ma­suk ke Indo­nesia dan dia akan me­nyerap ba­nyak tenaga kerja baik di industri komponen maupun perakitan­nya,” jelas Hidayat.

Senada dengan Hidayat, Men­ko Perekonomian Hatta Rajasa mengatakan, pemerintah akan mem­berikan insentif cukai ke­pada produsen mobil ramah ling­kungan.

“Pe­merintah memutuskan pem­berian insentif berupa keri­nganan cukai bagi produsen oto­motif yang dapat membuat ken­daraan atau produk-produk low cost green car yang ramah ling­­ku­ngan, irit bahan bakar dan mu­rah,” kata Hatta. Tuju­an­nya, un­tuk mendorong peng­gunaan ken­daraan industri da­lam negeri.

“Kita tadi sudah sepakat de­ngan Menteri Keuangan, untuk menyikapinya dengan cukai, se­hingga dapat mendorong peng­­gu­­naan kendaraan low cost green car di industri-industri da­lam ne­geri,” tambahnya.

Seperti diketahui, program mo­bil murah dan ramah ling­ku­ngan (low cost and green car) me­­rupa­kan program Kemente­rian Perin­dustrian. Kabarnya mo­bil ini akan meluncur tahun depan be­kerja sama dengan Dai­hatsu se­bagai prinsipal. Kompo­nen dan desain mobil yang ka­barnya ber­kapasitas 1.200 cc ini dibuat oleh orang Indonesia.

Menteri Keuangan Agus Mar­ta­wardojo mengatakan, pem­be­rian insentif ini sesuai rencana Ke­menterian Perindustrian men­dorong industri dalam negeri yang meminta keringanan fiskal.

“Kita akan berikan, tidak tan­pa kecuali kepada investor yang mau membuat kendaraan yang ramah lingkungan,” ujarnya.

Menkeu me­ngatakan, pembe­rian fiskal ini diberikan agar para investor dapat segera menghi­tung berapa besar investasinya da­lam membuat ken­­daraan low cost green car ter­se­but.

“Fiskal ini bagi siapa saja, mau investor lokal maupun asing, yang bisa membuat mobil low cost green car, bisa segera meng­hitung berapa besar investasi yang dibutuhkan,” tandas Agus.

Menanggapi hal ini, Wakil Ketua Komisi VI DPR Aria Bima mengkhawatirkan kebijakan mendorong produksi mobil mu­rah akan menghabisi program Esem­ka. Menurut dia, sungguh sa­ngat tidak masuk akal, jika mo­bil murah yang masih butuh bim­bingan justru diharus­kan bersaing dengan mobil murah keluaran Toyota dan Honda.

“Saya sangat meragukan ko­mit­men pemerintah untuk men­dorong program Esemka. Untuk uji emisi saja, Esemka tidak dilo­loskan. Padahal, ketika diuji in­dikasinya bagus. Alih-alih mau bantu Esemka, pemerintah ma­lah akan memberikan insentif fiskal ke produsen mobil kelas kakap,” kritik Aria

Menanggapi soal Esemka, Menteri Perhubungan EE Mang­indaan menyatakan, pemerintah tetap mendukung pengem­ba­ngan mobil Esemka, sehingga pihak­nya mendorong uji emisi berikut­nya.

Mangindaan mem­bantah ke­gagalan Esemka dalam proses uji emisi disebabkan tekanan dari Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) yang merupakan perwakilan produsen mobil buatan asing.

“Menurut Kemen­terian Ling­kungan Hidup, ada peraturanya saya lupa angkanya berapa. Ka­lau masih di atas, ma­sih bisa di­perbaiki kok, diper­halus. Gagal uji emisi bukan harga mati. Ka­mi pasti mendukung,” ujarnya di Istana Presiden, kemarin.

Hidayat menilai, tidak lulus­nya uji emisi mobil Esemka bu­kan karena kegagalan dalam pem­bua­tannya. Tapi, hal itu ka­rena masih belum sempurna, sehing­ga diha­rap­kan mobil Esemka itu dapat menyem­purnakan kemba­li untuk bisa lulus uji emisi.

Secara terpisah, Walikota So­lo Joko Widodo, akrab disapa Jo­ko­wi mengatakan, target pro­duksi mo­bil Esemka diper­ki­rakan hingga 300 unit se­bulan. Menteri Pekerjaan Umum (PU) Djoko Kir­manto memesan mo­bil itu ke­pada Jokowi via SMS.

“Kami membuat target pro­duksi untuk mobil Esemka se­banyak 200 hingga 300 unit per bulan, karena niatnya memang tidak diproduksi dengan manu­faktur yang besar,” kata Jokowi.

Dia menegaskan, mobil Esem­ka karya siswa SMK Negeri 2 So­lo tersebut bukan proyek am­bi­sius yang berorientasi bisnis.

“Mobil Esemka ini adalah mo­bil rakyat yang dibuat berdasar­kan industri rakyat bukan kor­porat besar yang memproduksi dalam jumlah besar,” ujarnya merendah.

Na­mun demikian, program ini tetap butuh suntikan dana dari pe­merintah pusat karena pe­me­rin­tah kota (Pemkot) Solo tidak me­miliki dana cukup. [Harian Rakyat Merdeka]