Bukan hanya PT Dirgantara Indonesia yang bisa membuat alat konversi bahan bakar premium ke gas. Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada (UGM) kini dapat membuat alat yang harus digunakan kendaraan roda empat agar bisa memakai bahan bakar gas dengan harga lebih murah.
“Kami teman-teman UGM sudah produksi converter kit (perangkat konversi) sendiri,” ujar ekonom UGM, Anggito Abimanyu, (13/1). Harga alat konversi itu pun hanya sekitar Rp 8-10 juta per unit, lebih murah ketimbang alat konversi impor yang rencananya akan didatangkan dari Italia oleh pemerintah yang mencapai Rp 14 juta per unit.
Anggito meminta kepada pemerintah agar melihat hasil riset universitas ini dan jangan hanya mengandalkan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang tidak berkompetensi memproduksi alat konversi. Anggito mengatakan, sampai saat ini belum ada investor ataupun kementerian yang melirik alat konversi gas yang penelitiannya dilakukan selama 3 tahun ini.
Ketua Tim Mobil Penelitian Gas UGM Jayan Sentanuhady mengatakan bahwa penyediaan alat konversi gas ini tidak bisa diproduksi oleh satu instansi. Lagi pula, kebutuhannya mendesak jika pemerintah benar-benar mau menerapkan pembatasan BBM bersubsidi dengan pertamax dan bahan bakar gas per 1 April nanti.“Caranya kerja sama saja,” ujar Jayan.
Selain pembuatan alat konversi itu sendiri, Jayan mengingatkan perlunya pembuatan standar alat maupun standar pemasangan alat. Ia mengatakan, pemerintah bisa meminta bantuan sejumlah universitas untuk menyusun standarnya. “Itulah yang harus disiapkan oleh negara ini. Bisa minta tolong UGM, bisa minta tolong (universitas) lain-lain untuk membuatkan standar-standar itu. Enggak masalah,” katanya.
Seperti diwartakan, pemerintah rencananya akan melakukan pembatasan BBM bersubsidi dengan mengalihkan konsumsi BBM subsidi ke pertamax dan bahan bakar gas. Alat konversi dibutuhkan untuk mobil yang tadinya berbahan bakar minyak. Sejauh ini, pemerintah mendorong PT Dirgantara Indonesia untuk memproduksi alat konversi gas tersebut. PT DI pun menyanggupi untuk memproduksi dengan kapasitas hingga satu juta unit.
Pengembangan Konverter
Seiring dengan rencana diberlakukannya pembatasan penyaluran Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi pada April mendatang, Pemerintah akan mendorong pengguna mobil pribadi untuk menggunakan Bahan Bakar Gas (BBG). Sebagai kampus riset, UGM jauh-jauh hari ternyata sudah mengembangkan prototipe konverter gas ke bensin untuk mobil. Bahkan, tidak hanya konverter untuk bensin, tetapi juga beberapa tipe lain, yakni konverter untuk hidrogen, mesin disel, dan sepeda motor.
“Salah satunya konverter ini yang kita pasang di mobil penelitian gas UGM. Konverter ini bisa mengubah tenaga gas ke bensin,” ujar Jayan (9/1).
Jayan mengatakan pengembangan prototipe konverter telah mulai dilakukan sejak 2009 silam. Cara kerja konverter pada mobil gas UGM cukup sederhana, berawal dari tabung gas bertekanan 200 bar yang diletakkan di jok belakang mobil. Selanjutnya, gas tersebut disalurkan ke bagian mesin di depan. Melalui konverter yang ada, tekanan dapat diturunkan menjadi 2-3 bar sebelum akhirnya masuk ke bagian injeksi gas dan manipol.
“Prinsipnya sederhana saja, karena tenaga gas ini bisa diubah (switch) dengan bensin ketika mobil berjalan maupun dengan kecepatan tinggi,” terang dosen Jurusan Teknik Mesin dan Industri ini.
Untuk tabung gas, selama ini memang masih diperoleh secara terbatas di beberapa tempat, antara lain Jakarta, Palembang, dan Surabaya. Inovasi pemanfaatan konverter gas akan ramah lingkungan karena emisi gas buangnya yang lebih bersih daripada bensin. “Akan sangat sesuai, apalagi diperkirakan 50 tahun ke depan kita sudah pada era penggunaan bahan bakar hidrogen,” jelas Jayan yang juga ketua mobil SEMAR UGM ini.
Di samping ramah lingkungan, pemanfaatan gas dari sisi harga juga lebih murah 40-45% daripada bensin. Ia menggambarkan harga 1 liter gas setara 1 liter premium dengan harga Rp3.100,00. Jayan menuturkan prototipe konverter gas ini telah melalui tahap standardisasi konverter kit dan perawatan serta uji ketahanan mesin. Selanjutnya, prototipe dapat ditindaklanjuti oleh kalangan industri sehingga dapat segera dimanfaatkan oleh masyarakat luas.
“Karena masih prototipe harga konverternya masih mahal. Semoga saja setelah dilakukan tahap uji berikutnya bisa ditindaklanjuti oleh industri dan dimanfaatkan oleh masyarakat dengan harga yang lebih terjangkau,” pungkas Jayan.
Seperti diberitakan sebelumnya, pemerintah akan mendorong pengguna mobil pribadi untuk menggunakan BBG seiring dengan akan diberlakukannya pembatasan penyaluran BBM bersubsidi pada April mendatang. Pengalihan bahan bakar dari premium ke gas akan dilakukan bertahap.
Dua jenis BBG yang didorong penggunaannya adalah Compressed Natural Gas (CNG) dan Liquid Gas for Vehicle (LGV). Opsi penggunaan BBG dikhususkan untuk pemilik mobil pribadi yang berpenghasilan terbatas. Pembatasan penyaluran BBM bersubsidi akan dijalankan terlebih dulu di Jawa-Bali.Source : Indonesia Proud